Melewati Masa Kritis

Belakangan ini, memang jarang publish postingan karena satu hal: laptop saya rusak. Rusak dalam artian beberapa tuts keyboardnya mulai tidak berfungsi dengan normal, casingnya patah, dan usb portnya tidak terbaca. Masalah keyboard sudah mulai muncul dari awal 2018. Itu dimana saya membeli keyboard cadangan. Tapi kali ini, bisa dikatakan kerusakannya sudah stadium akhir. Port usb untuk nyolok keyboard juga rusak, apalagi keyboard yang mulai tambah sulit untuk dipencet.

Jadilah, saya memilih jalan paling cepat dan murah. Tanggal 7, berarti malam Jum'at waktu itu, saya pergi ke tempat service komputer. Saya harap dengan instal ulang, port usb saya bisa kembali normal. Karena beberapa kasus, seperti kipas laptop masih berfungsi jika dicolok ke port usb. Jadi, mungkin masalahnya hanya sepele.

Saya masuk, sama seoranng Mba-Mba disuruh tunggu. Lalu datang beberapa orang, yang saya duga tukang servicenya. Dia nanya,"Mau apa?"

"Instal ulang," saya menyerahkan laptop lengkap dengan charge-nya.

Sedang dicek. Aslinya laptop saya yang diujung.

Beberapa menit saat mencoba mengutak-atik, dia berkata,"Nda bisa instal ini. USB-nya tidak terbaca."

Dia mematikan laptop, dan menyerahkan kembali.

Beberapa minggu saya memutar otak. Laptop ini, memang sudah lumayan tua. Saya butuh mengganti dengan yang baru. Tapi saya butuh waktu, dan laptop ini setidaknya bisa membantu saya untuk beberapa waktu sampai saya bisa membeli laptop baru. Saya juga tidak begitu ingin melepasnya, mengingat banyak sekali memori dalam laptop ini. Awal berdirinya blog ini, sampai sekarang dimulai dari laptop ini. Jadi, ada sentimental tersendiri.

Ada beberapa minggu saya tidak mengisi postingan di blog ini, hingga pada postingan Dua Kabar Buruk, coba saya tuliska sepadat mungkin untuk menyampaikan beberapa hal terkait masalah laptop ini. Dengan susah payah, saya mengetik pada tuts keyboard yang susah untuk dipencet.

Karena tidak ingin lama-lama berhenti menulis, apalagi jika keyboard bermasalah, saya juga tidak bisa mengerjakan tugas. Laptop ini, selama mengalami masa rusak hanya saya pakai untuk nonton film. Hingga pada suatu hari, saya mulai mencari casing bekas untuk laptop ini. Diberbagai macam situs belanja online saya kunjungi. Barangnya memang sudah sangat langka. Saya menemukan beberapa harga yang jauh dari budget saya. Saya mulai mencari di tempat lain, seperti Facebook. Disana, saya juga menemukan seseorang. Sedang menawarkan casing, warna biru, masih terlihat baru, keyboard dan lcd masih ada (sepertinya), tapi harga juga jauh dari budget saya. Jadi, saya mencari orang khilaf lainnya.

Tanggal 14 Februari, sebuah pesan Facebook membuat saya sedikit gembira. Pertannyaann saya pada beberapa akun yang menjual spare part komputer dijawab. Katanya, ada, tapi tipe C800. Saya bertanya, apakah sama. Dijawab iya, hanya beda spek dan prosesor. Itu penjelasan dari Mas Iwan, nama penjual casing untuk laptop saya.

Saya minta nomor WhatsApp agar lebih intim. Kami membicaraka masalah beberapa hal sebelum masuk ke tahap pengiriman. Disini, kepercayaan saya kembali teruji. Ini bukan situs belanja onlinne dimana, kita bisa dapat garansi jika kita hendak ditiup. Dan tibalah, hari itu, tanggal 16 Februari, saya transfer setelah Mas Iwan ngirim foto packingannya. Beberapa saat, Mas Iwan kirm balik nomor resi pengirimannya.

Casing saya tiba tanggal 20 Februari. Sebuah pesan WhatsApp dari nomor baru menelpon saat saya sedang di Kampus. Katanya dari pengantar barang. Saya konfirmasi alamat rumah, dan uang DFOD sudah saya titip dengan orang rumah.

Pulangnya, saya sangat senang. Selangkah lagi, laptop saya akan sembuh. Saya kirim pesan di Facebook, kepada tukang service yang dulunya mau memperbaiki laptop saya. Perjalanan untuk membawa laptop juga tidak mudah. Karena Om Putra (nama yang saya tau dari Facebooknya), jarang ada di toko. Jadi, pada malam saat menerima casing, dengan Adit saya pergi ke tempat yang sudah ditentukan. Memang, saya minta Om Putra membagikan lokasi agar tidak kesasar.

Saya suruh Adit membawa motor, biar saya yang melihat Google Maps. Kami menyusuri malam, waktu itu mati lampu hampir seluruh kota entah karena alasan apa. Jadi, perjalanan, hanya beberapa ruko dan rumah yang menyala. Seharusnya, malam itu saya tidak kemana-mana, karena malam ke-100 Om saya disamping rumah. Tapi, info baru saya tau pas malam.

"100 meter belok kiri," kata Mba Google.

"Belok kiri, Dit," perintah saya,"Eh, belum, lurus dulu, eh, belok, eh."

Kami berhenti pada satu tempat sebelum memutuskan masuk ke sebuah lorong. Dari luar, sudah terlihat sangat gelap. Namun, tidak ada feeling buruk karena jalannya masih beraspal. Semakin jauh kami masuk, Mba Google mulai ngaco. Jalanan mulai tidak beraspal. Dan sangat gelap dikelilingi hutan. Adit takut, begitu juga saya. Kami kembali ke jalan utama. Kata Om Putra, tunggu saja di depan, biar dia yang keluar.

Kami berhenti didepann Poltekes Gizi. Om Putra, dengan mungkin anaknya perempuan datang. Saya menyerahkan laptop dan casing. Om Putra menolak charge. Katanya, sudah ada.

Sepulangnya, langit yang tidak berbintang menunjukkan hawa-hawa tidak menyenangkan. Rintik mulai turun. Semakin lama semakin besar. Adit menjerit karena mulai terkena hujan. Saya mengambil belokan untuk berteduh. Disana banyak orang yang juga berteduh. Kami hanya sebentar karena kami harus jalan lagi. Namun hujan kembali deras. Kami berhenti lagi, disana ada dua pengendara motor. Kami himpit-himpitan. Jalan lagi. Berhenti lagi. Dan tempat-tempat yang kami singgahi selalu ada orang. Jadi, ini semacam stasiun-stasiun untuk kami lewati.

Baju sudah sangat basah. Jadi, saat hujan sudah mulai reda, kami buru-buru sebelum hujan kembali keras. Dijalan, sifat rese mulai muncul. Dua pasangan disamping kanan tidak sengaja saya cipratkan air ketika motor terlalu cepat menerobos genangan air. Adit memukul pundak saya diiringi tertawa karena melihat reaksi orang itu. Didepan, kembali, ada dua orang perempuan. Lagi-lagi, secara tidak sengaja, motor yang terlalu cepat menimbulkan genangan air yang tinggi. Air menjilat kaki perempuan yang digonceng. Perempuan itu menjerit. Saya tidak bisa menahan tawa, begitu juga Adit. Kami jadi dua orang rese yang kehujanan. Maafkan kami, orang-orang yang kami cipratkan air.

Dirumah, masih mati lampu. Saya ganti baju, dan kesebelah. Sudah ada teman-teman yang lain. Acara yasinan sudah selesai. Makan sedang berlangsung. Beberapa sudah kelar. Saya masuk untuk mengambil makan dan bergabung dengan yang lain.

Dua hari setelahnya, tepatnya hari ini, hari Jum'at. Saya pergi mengambil laptop saya. Katanya, ada kerusakan di port usb-nya, sehingga tidak jadi instal ulang. Biaya untuk memperbaiki agak mahal. Jadi, saya menunda perbaikan itu dulu. Yang penting, keyboard sudah bekerja dengan normal. Saya memang tahu, masalahnya bukan di keyboard, tapi cara pasang keyboardnya sewaktu dibongkar dulu. Jadi, saya tidak ragu untuk menolak untuk memperbaiki port.

Beberapa kondisi casing laptop lama:

Itu stiker UI, beli pas study tour tahun lalu.

Yang patah, dekat lubang charge.

Tampilan full.
Dengan menulis ini, laptop saya sudah kembali normal. Sembuh. Dan sudah melewati masa kritisnya. Pemikiran untuk membelikan casing sudah akhir tahun 2017. Namun, baru kesampaian karena sudah sangat mendesak. Terima kasih, untuk uang arisan yang dipakai untuk membelikan casing dan biaya pasangnya. Terima kasih untuk Tuhan dengan segala rencana baiknyaTerima kasih untuk Mas Iwan dan Om Putra. Terima kasih kepada laptop ini karena masih mau berjuang bersama. Saya rasa, perjuangan akan sia-sia hanya salah satu yang berjuang. Terima kasih untuk orang-orang yang sudah hadir dalam hidup saya. Mengisi beragam cerita diblog ini sampai sekarang. Terima kasih oleh hasrat bercerita yang masih ada. Terima kasih oleh semua yang tidak bisa saya absen satu-satu. Salam sayang. Ummmuah!

Comments

  1. Kondisi laptopmu ternyata lebih parah dari laptop saya hehee.. Memang berat kalau harus ganti gawai yg sudah nemenin kita berkreasi bertahun-tahun, syukurlah laptopmu sudah bisa digunakan lagi ya. Btw, itu kelakuan cipratin orang pake air comberan tolong diilangin ya wkwkwkk

    ReplyDelete
  2. Kondisi laptopnya ternyata parah banget ya rusak (patahnya) untung bisa diperbaikan meski biayanya juga mahal. Tapi yang penting sekarang laptopnya udah normal ya... semangat kembali ngeblog.

    *saya malah kesulitan ngeblog kalau hp yang rusak��

    ReplyDelete
  3. Parah banget ya rusak laptopnya, tapi sekarang udah normal, semoga bisa ngeblog dengan baik lagi. Aku doakan bisa cepat dapet yang baru juga

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts