Terima Kasih, Hujan

Gue ngga ngerti, kenapa hujan begitu berarti bagi gue. Walau kadang-kadang nyebelin, sih. Hujan selalu ngertiin gue. Di saat gue sedang sedih, eh, tau-tau hujan, di mata. Hujan kadang datang tak menentu, itu yang gue suka. Apalagi, dia datang pas lagi malam-malamnya. Grr, bikin tidur jadi nyes.

Akhir-akhir ini gue banyak ber-terima-kasih kepada Hujan. Yang telah memberikan kesejukannya, memberikan pertolongannya. Pertolongan? maksudnya? Sabar, biar gue ceritain.

Ceritanya bermula pada pukul lima tadi pagi. Gue udah shalat dan sarapan, tinggal mandi. Gue ngulur-ngulur waktu biar ngga kecepetan datang dengan nonton Lensa Olahraga, siaran favorit pagi gue. Gue ngeliat jam sambil masih sibuk mengikuti acaranya. Tidak lama kemudian, adek gue bangun. Itu tandanya gue harus segera mandi. Gue mandi dengan cepat, air dingin yang gue siram secara langsung membuat tubuh gue berasa kaku sejenak.

Setelah mandi, adek gue gantian, dia lagi yang mandi. Sambil pakai baju, gue sempetin lagi nonton. Dalaman beres, pakai baju seragam beres, pas mau make perlengkapan, disininya nih yang ngga beres. Gue ambil dasi terus taroh saku celana, terus gue nyari-nyari topi. Anj*ng topi gue mana? kata gue kesal dalam hati.

Gue mencoba mencari di seisi rumah dengan tenang. Kalo ngga tenang, bisa-bisa gue di tanyain orang rumah, lalu di ceramahin, dapat ceramah pagi lagi dong.

Gue pasrah saat tau bahwa topi gue bener-bener sudah hilang. Gue keluar, gue ngeliat cuaca mendung diiringi gerimis. Gue mulai berdoa dalam hati biar hujannya lebat. Pas selesai pasang sepatu, hujannya mulai membesar, tapi kayaknya sudah hujan dari tadi. Terlihat dari air yang sudah tergenang di halam rumah.

 Gue berjalan menyusuri jalan setapak. Gue mencoba berdoa beberapa kali dalam hati. Gue melihat teman gue, gue singgah sebentar untuk menunggu,"Mana topimu?"

"Tidak ada" jawab gue.

Ternyata dia juga ngga punya topi, itu sebabnya dia datang lebih awal dari biasanya. Gue mencoba untuk tetap tenang, gue punya teman. Terlihat dari jauh, belum ada Osis yang menjaga di gerbang sekolah. Dengan kondisi seperti ini, eksekusi pertama: Aman.

Gue nanya sama teman kelas gue yang Osis,"Eh, punya topi ngga?"

"Ngga" jawabnya santai.

Anjir, enak banget jadi Osis. Walau ngga pakai topi, kemungkinan di hukumnya kecil. Di saat seperti ini, gue nyesal ngga masuk Osis. Kembali pasrah dengan keadaan.

Gue melihat halaman sekolah lalu menatap nanar seraya berkata dalam hati,"Yes, halamnnya basah!"

Kesempatan untuk upacara sudah berkurang. Gue tinggal nunggu pengumuman. Gue diam diri di kelas, melihat beberapa ada yang bermain hape, menghapal untuk tes lisan Agama, dan kesibukan masing-masing. Walau gue tau diri gue masih berstatus ngga aman, gue tetap tenang. Gue menenangkan diri dengan nge-rumpi bareng yang lain.

Saat di tenga-tengah rumpi, ada sebuah suara. Suara yang membuat gue tenang. Sumber dari suara itu ngga tau dari mana, yang jelas terima kasih. Suara itu adalah pengumuman kalau upacara hari itu tidak di laksanakan karena kondisi lapangan yang ngga memungkinkan.

Hujan, terima kasih!

Comments

  1. Hujan adalah air mata dari langit :)

    ReplyDelete
  2. Ahahaha
    sini kita toss dulu. gua juga suka banget sama hujan. adem aja gitu, tapi kalo berlebihan gak asik juga sii.
    Dasaar, kalo di sekolah gua kalo ga punya topi incerannya anak paskibra sama anak pmr. karna pas upacara mereka pake topi tugas bukan topi upacara. :D

    ReplyDelete
  3. Gue juga suka, hujan di senin pagi waktu sekolah dulu, haha

    ReplyDelete
  4. Hujan itu airnya cuma 1% kok.. 99%nya kenangan :') #baper

    -jevonlevin.com

    ReplyDelete
  5. Hujan itu selalu membawakan kita banyak kenangan, eh genangan maksudnya.
    Duh udah mulai masuk waktu bagian baper maaf hahaha.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts