Pola Hidup Mahasiswa Baru

Dibandingkan dengan SMA, Kuliah benar-benar banyak menguras hak. Mulai dari waktu, tenaga, sampai beban pikiran dan moral. Jujur, selama masih SMA, dunia perkuliahan sangat gue idam-idamkan. Bahkan, dipenghujung semester saat kelas sudah jarang masuk, gue ingin secepatnya lulus dan menjadi anak kuliahan.

Difilm-film, dunia perkuliahan juga sering digambarkan dengan sangat menyenangkan. Pagi pergi kampus, ketemua cewek, dekat, pacaran, kemudian lulus dan menikah. Akhirnya, bahagia dengan anak yang mereka besarkan. Kenyataannya sangat berbanding terbalik.

Baca dua cerita sebelumnya: Balada Mahasiswa Baru dan Resiko Mahasiswa Baru.

Jadwal mata kuliah gue, kebanyakan muncul pada pagi hari. Tepatnya jam 7.30. Gue harus bangun sebelum jam 6 pagi, kemudian mandi dan sarapan. Mungkin terlihat gampang-gampang saja, namun pergeseran antara badan dan kasur sangat sulit dipisahkan. Saat sudah pakaian dan siap pergi, gue akan menunggu Ali jika memang jadwal mata kuliah kami sama. Begitu juga untuk pulang.

Nah, sedikit revisi, sejak dalam masa pengeditan. Akhirnya, jadwal baru keluar. Mungkin dosen-dosen gue punya kemampuan membaca pikiran. Hasilnya, dalam beberapa hari tidak akan ada kuliah pagi lagi. Tidak sepagi itu. Hal buruknya, jatah libur gue dipotong. Dulu, bisa libur dua hari dalam seminggu. Sekarang, cuma dihari Minggu.

Perjalanan dari rumah ke kampus menurut data Google Maps adalah 12 km, dengan rute tercepat memakan waktu 26 menit perjalanan. Hasil dilapangan mungkin beda-beda tipis, sebab waktu yang gue patok dari rumah ke kampus memang 30 menit. 30 menit diperjalanan pergi ditambah perjalanan pulang. Hasilnya 1 jam perjalanan pulang pergi.



Belum lagi, kalau jadwal gue seperti ini:

Mata Kuliah 1: 7.30-09.50
Mata Kuliah 2: 13.50-15.00

Jadi, diantara akhir mata kuliah pertama dan masuknya mata kuliah kedua ada jarak hampir 4-5 jam. Apa yang bisa dilakukan di Kampus selama kurang lebih empat jam. Tidak ada. Jadi, gue akan pulang lagi, dan istirahat (tidur) sampai gue akan kembali pada saat mata kuliah kedua akan berlangsung. Ini berarti waktu gue untuk pulang dan pergi ke Kampus jika keadaannya seperti ini kurang lebih 2 jam-an. Satu film bisa sih ini.

Selain waktu, uang kuliah juga tidak sedikit. Untunglah orang tua gue masih bertanggung jawab pada uang semester gue. Gue sangat mensyukuri itu. Dengan kumis yang mulai tumbuh, uang yang datang dari orang tua sungguh berat untuk diterima. Apalagi, jika saat ada buku yang ingin dibeli. Gue mending ambil dari uang saku gue sendiri. Kalau kepepet, baru deh, nahan malu untuk minta.

Sekali minta juga tidak sedikit. Bisa 100-150 ribu. Itupun baru buku untuk semester pertama. Untuk buku, gue ngga masalah jika harus membeli semuanya. Asal itu dari duit gue sendiri. Yang kalau dipikir, itu juga masih uang jajan yang dikasih orang tua.

Beban pikiran benar-benar menguras umur. Itulah yang terjadi pada suatu waktu, gue baru beres mata kuliah. Gue berjalan keluar menuju parkiran. Dari pintu fakultas, ada beberapa mahasiswa. Kayaknya mahasiswa baru, dilihat dari salah satu orang yang sedang memegang map. Gue jalan, dan bingung harus lewat arah yang mana. Soalnya, beberapa mahasiswa itu membuat jalan jadi susah untuk dilewati. Salah satu perempuan dari mereka berkata,"Lewat sini kak."

JLEB.

Jujur, gue orangnya pemalas. Dilihat dari kasur yang jarang gue rapikan. Dan itu juga, yang membuat gue sulit menghapal nama dosen dan tugas dari mereka. Untungnya, teknologi sudah tak sesuram dulu. Sekarang sudah ada WhatsApp. Gue bisa mendapat informasi lewat grup. Sayangnya, ini tidak berlaku oleh teman gue, Jeviston. Kami memanggilnya Apin.

Karena hanya punya hape komunikater, ia mendapat info hanya dari Ketua Tingkat. Itupun, kalau Ketua Tingkat ingat. Apin berasal Raha. Merantau di Kendari untuk kuliah sembari kerja. Banyak yang bisa gue cerita, namun kayaknya dicerita yang lain. Di kelas gue, jumlah laki-laki hanya ada sembilan orang. Enam dari kami membuat sebuah secret didepan fakultas. Saling berbagi cerita dan tertawa dibawah pohon besar. Termasuk Apin yang banyak cerita dari pengalaman. Ia juga yang menjadi tamparan untuk tidak selalu melibatkan orang tua dalam hal keuangan.

Berbicara masalah dunia kampus, juga tidak sesuram yang gue ceritakan. Mungkin karena jurusan yang gue ambil adalah pilihan yang gue minati. Beberapa cerita dari teman-teman, awalnya berniat integrasi. Namun mulai berpikir. Entah karena malas atau sudah nyaman. Teman-teman SMA gue juga ada yang curhat masalah jurusan yang diambilnya. Katanya sulit dan banyak tugas. Padahal, jurusan ia sekarang sangat banyak diminati orang dan beruntung bisa lulus disana.

Dunia memang sekeras itu. Membuat pemikiran orang-orang menjadi sangat berbeda. Kadang-kadang, gue ingin sekali merangkul semua teman untuk tetap pada apa yang gue rasa benar. Kuliah, misalnya. Namun apa daya yang gue punya. Uang semester harus dibayar. Dan uang bukan hanya tinggal dipetik. Ada beberapa faktor lain. Seperti ingin bekerja. Intinya semua dengan niat yang baik: tidak menyusahkan orang tua pastinya. Meski begitu, tujuan yang kita pilih bisa berbeda.

Pola kehidupan mahasiswa memang rumit. Sistem fullday saat SMA mulai terlihat cemen. Dan gue rasa, ini belum bisa dibuktikan pada orang yang belum benar-benar mengalami. Saat membaca tulisan ini, gue ingin kalian yang belum dan sudah kuliah menuliskan juga uneg-uneg kalian tentang masa perkuliahan. Untuk yang belum, bisa membuktikan apa yang gue tulis. Mudah-mudahan hal yang kalian takuti, salah dimata kalian.

Comments

  1. Dulu, komentar di sini lu masih SMA hul. Sekarang udah kuliah aja..

    Sebenarnya, kalo lu terlalu mikir keras dunia kuliah malah jadi beban...

    Kalo aku ya gitu, ngikutin apa yg di film, dibawa santai aja. Soalnya kalo dipikirin bgt bakal jadi beban.

    Saranku buat lu yg masih baru kuliah, kenalin dosennya paling tidak tau namanya dan lebih bagus ruangannya. Ini akan bermanfaat ketika lu skripsi nanti, kalo udah akrab semuanya akan jadi mudah bro..

    Semoga semangat kuliahnya...

    ReplyDelete
  2. Ngalamin banget tuh, pas masih SMA bener-bener ngidamin saat2 kuliah. Eh pas kuliah ternyata gak seperti yang gue tonton dalam cerita FTV. HAHAHA..

    Nikmatin aja masa kuliah bro, klo udah lulus beh rasanya pengen balik lagi menikmati indahnya masa kuliah. Tentunya diisi dengan hal positif.

    ReplyDelete
  3. Sama sih Rahul. Gue waktu SMA juga ngeliat jadi anak kuliahan gitu enak dan nikmat banget.Kayak sesuatu yang gue idam idamin banget gitu. tapi begitu kuliah, tetap sih gue syukurin banget tapi ternyata lama lama ya B aja gitu. Wehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, sekarang jadi tau. Setiap tahap punya rasanya sendiri~

      Delete
  4. Jadi baca postingan ini saya seperti terseret dan mengenang masa-masa kuliah saya yang ah sudahlah .. sudah berlalu hehe. Pola hidup mahasiswa memang gitu, nggak sama kayak masa semasih menjadi siswa. Btw jam kuliah sy juga seperti itu.. n jarak dari kos ke kampus butuh waktu sekitar 30 menit jd yah sy memilih menunggu jadwal kuliah selanjutnya dengan istrahat di mesjid kampus atau ke perpustakaan😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang gue lebih milih untuk istirahat di kosan teman. Capek. 😅

      Delete
  5. Jadi baca postingan ini saya seperti terseret dan mengenang masa-masa kuliah saya yang ah sudahlah .. sudah berlalu hehe. Pola hidup mahasiswa memang gitu, nggak sama kayak masa semasih menjadi siswa. Btw jam kuliah sy juga seperti itu.. n jarak dari kos ke kampus butuh waktu sekitar 30 menit jd yah sy memilih menunggu jadwal kuliah selanjutnya dengan istrahat di mesjid kampus atau ke perpustakaan😅

    ReplyDelete
  6. Pola hidup mahasiswa seperti ini sudah aku nikmatin dengan penuh kesyukuran, Mas. Ya walaupun pada kenyataanya gitu, sama sepeti teman-teman alami juga aku rasa. Tuh yang komen di atasku juga merasakan.

    Disaat sekolah menengah atas rasanya kok asik ya melihat anak kuliahan. Disaat ngalamin sendiri justru sebaliknya enakan masa putih abu-abu. Tapi gak mungkin banget bisa diulang. Waktu ini terus berjalan. Tanpa syukur berarti gak menikmati hidup ini.

    Terus semangat, Mas. Tak terasa kok, nanti juga bakal terlewati semuanya. Semoga proses demi prosesnya bisa dilewati dengan senang. Dan yang jelas bakal menemukan ide, kenangan ataupun kejadian yang dapat dijadikan bahan tulisan :)

    Oh, iya satu lagi aku setuju tuh sama komen, Mas Heru. Harus kenalin dosen-dosen di kampus. Terlebih yang kata mahasiswa lain itu killer. Lah kenapa? Pengalamanku dosen seperti itu sebenarnya perhatian, hanya saja berbeda aja cara mengajarnya.

    Terlebih kamu ini blogger, Mas. Akan banyak hal yang dapat di ceritakan. Sesekali boleh lah dosenmu ikut baca..he

    Dosen di kampus juga gitu. Bahkan nih ya, beberapa minggu yang lalu aku sempat di kirimin pesan singkat oleh rektor kampusku yang dulu. Intinya isi pesannya aku suruh ngisi di acara mahasiswa baru.

    Bingung awalnya, karena mau ngisi apa. Sang rektor membalas suruh cerita aja pengalaman kuliah dan cerita juga tentang Diary Mahasiswa. Wow banget bagiku, karena sampe dosen dan rektornya juga tahu. Jadi semangat menyemangati teman-teman maba.

    Eh, jadi curhat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap, sarannya disimpan.

      Keren tuh, rektornya buka blog juga~

      Delete
  7. Sepakat.
    Asli ekspektasi dunia kuliah yang menyenangkan dan nongkrong-nongkrong itu beda banget sama kenyataannya. Waktu SMA, sebanyak-banyaknya PR aku masih bisa maen The Sims 3 berjam-jam. Eh pas kuliah, asli capeknyaaa tiap nyampe kos pengen langsung tepar tapi laporan sama tugas presentasi masih belom kelar. Sering banget tidur jam 2 pagi, dan bangun jam 4 . Alias cuman tidur 2 jam. Alhasil mata panda kagak ilang ilang ampe sekarang 😖😅

    Tapi ketika udah lulus, rasanya rindu haahahaaa

    ReplyDelete
  8. ngahahahhaha, maba mah seloww masih, jadi ingat awal awal kuliah dulu yang rajin banget wkwkwk

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts