Lebih dari Pukulan Smash Jojo

Gue ingat betul waktu itu, ketika sore sudah mulai tampak, kami mulai bersama. Mengambil bola plastik dan membentuk tim dengan sendal sebagai tiang gawang. Main sampai adzan Maghrib dan dipanggil untuk mandi. Rutinitas itu terjadi hampir setiap libur, dan kadang-kadang dilakukan disela waktu sore yang ada.

Seiring dengan umur yang bertambah, fisik yang menua, kami jadi jarang melakukan hal itu kembali. Thariq sudah pergi melanjutkan studi. Begitu juga dengan gue, yang meski menetap selalu merasa berbeda. Pergi pagi, pulang sore. Bagaimana ini menjadi rutinitas yang tidak sehat?

Gue rindu masa itu. Rindu semua kenangan bersama Thariq, Riki, bahkan teman-teman yang pernah bersama. Rindu dengan pedisnya bola plastik jika terlalu lama ditendang memakai kaki kosong. Rindu mengambil bola yang jatuh diselokan. Rindu menunda permaianan ketika kendaraan akan lewat. Bagaimanapun itu adalah sebuah kerinduan yang benar-benar nyata.

Pada sore hari, setelah pulang dari Kampus. Rendy, adik gue mengajak untuk bermain bulu tangkis. Awalnya kami main berdua dijalan raya depan rumah. Lama-kelamaan, datanglah Riki yang baru pulang dari sekolah. Kemudian, Dandi, yang sudah segar antara baru bangun atau habis mandi.

Kami berpindah tempat dari jalan raya ke samping rumah. Riki mengambil dua raketnya untuk menjadi ganda putra. Setelah bermain hampir satu set, Om Riki, disamping rumah memanggil kami untuk bermain dengannya. Rendy berhenti karena capek. Jadi, gue bersama Riki, dan Dandi bersama Om Riki.

Setelah lama tak olahraga, rasanya badan mulai sakit ketika dipaksa keras. Beberapa kali bolah masuk oleh smash yang gue lakukan. Gue berdiri didepan, dan Riki dibelakang menunggu bola tinggi untuk ia smash. Sebagai orang yang berdiri di depan, gue harus siap mendapat bola secara bertubi-tubi. Om Riki terus memberi bola tinggi agar gue bisa memberi smash, namun Dandi dengan sigap mem-block semua smash itu.



Keringat mulai mengucur, sore mulai berganti malam. Kami pulang dengan gembira. Dengan IG Story yang gue buat, Thariq bertanya dengan siapa gue bermain. Sedikit penjelasan dan rayuan membuat ia ingin pulang dan ikut bermain. Ah, masa-masa kami sudah lewat begitu saja.

Keesokan harinya, kami kembali bermain. Begitupun beberapa hari setelahnya. Hingga pada suatu waktu, gue istirahat digantikan dengan Dandi. Beberapa hari bermain, kami menyebut Dandi sebagai Lin Dan karena smash-nya yang keras dan begitu menggelitik ketika dilihat. Rendy membuka baju, badannya besar tidak cocok sebagai Jojo. Namun itu terus membuat smash bawah yang menyusahkan Riki dan Dandi.



Gue merekam dan mengupload di IG Story. Thariq kembali meng-dm. Gue mengirimkan video kami bermain dihalaman rumah neneknya itu. Jika dilihat, memang dunia sudah sangat jauh bergerak. Orang-orang yang dulu hanya menenteng tas untuk ilmu, sekarang menenteng tas untuk makan anaknya.

Setelah selesai bermain, masih dalam suasana menunggu Maghrib, Thariq memanggil lewat video call WhatsApp. Kami bertegur-sapa. Ada juga Riki yang mengetes motor baru dirumahnya. Ada Rendy yang masih membuka baju ditepi jalan. Thariq terlihat sendiri memakan gorengan.

Maghrib sudah mulai timbul, gue masuk untuk mandi dan berpamitan untuk mengakhiri video call. Rasanya, gue mulai sampai pada titik benar-benar rindu pada kenangan masa kecil. Meski begitu, tak elaknya itu hanya proses. Ada yang lebih pahit dari masa ini, yaitu masa yang belum kita tahu. Sebagai manusia, kami hanya bisa menjalani hari ini, dengan menutup mata pada esok yang akan datang.

Sore itu, gue benar-benar melihat sebuah smash kegembiraan. Lahir dari pukulan teman-teman yang sedang bermain. Lebih dari pukulan smash Jojo.

Comments

  1. smash kegembiraan ya?
    seneng emang kalo udah kumpul sama temen-temen apalagi melakukan kegiatan favorit

    ReplyDelete
  2. Anjir seru banget nih. Hahaha. Gue juga dulu pas kecil hampir tiap sore main bulutangkis di depan rumah sama temen-temen segang. Muahahhaa.

    ReplyDelete
  3. bulutangkis itu olahraga yang paling seru dan menyenangkan. saya rutin main setiap minggu. mungkin sampe 4 kali per minggu. Jadi satu2 nya olahraga yang bisa saya mainkan. Tapi mainnya si di hall.

    ReplyDelete
  4. Satu dua sama gw sih.. cuman dulu lebih sering main bola ketimbang badminton sama temen2. Dan skrg kita semua udh pd gede, jarang juga untuk bisa kumpul kya dulu lagi. Fix! Gw juga rindu masa saat2 itu. :')

    ReplyDelete
  5. ini kok elu main bulutangkis kayaknya seru banget ya. gue pas kecil main bulu tangkis, banyak berentinya ketimbang mainnya. karena angin selalu lewat dan bikin arah kok merugikan salah satu tim.

    hahah

    ReplyDelete
  6. I miss my childhold moment when my friends and i were playing together :D

    Dulu suka banget main boneka, ular tangga, monopoli, dll.
    sekarang mereka udah pada sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
    Huuuf, aku rindu :(

    salam,
    simatakodok.blogspot.com

    ReplyDelete
  7. Ya, waktu berlalu begitu cepat yak, perasaan baru kemarin main bareng teman-teman masa kecil tahu-tahu sekarang udah pada kuliah semua dan beberapa tahun kemudian nanti udah pada bekeluarga hehe,

    Btw paragraf kedua kayaknya ada typo, 'jarang' seharusnya ya bukan jalan...

    ReplyDelete
  8. Ya, waktu berlalu begitu cepat yak, perasaan baru kemarin main bareng teman-teman masa kecil tahu-tahu sekarang udah pada kuliah semua dan beberapa tahun kemudian nanti udah pada bekeluarga hehe,

    Btw paragraf kedua kayaknya ada typo, 'jarang' seharusnya ya bukan jalan...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts