Misteri Hilangnya Kunci Motor

Setelah Salat Jum'at 23 November, saya memantau tidak ada tanda-tanda masuk dari grup WhatsApp kelas. Itu menandakan bahwa seharusnya hari itu bisa saja menjadi libur sehari penuh. Soalnya, mata kuliah pagi tadi juga tidak masuk. Hingga pada jam 1 lewat, kabar mendadak dari Ketua Tingkat mengatakan bahwa hari itu masuk. Karena kaget, saya buru-buru menelpon Atma, teman saya, dengan tujuan mencari kebenaran info tersebut. Memang benar, masuk, itu terdengar dari suara Danil, Ketua Tingkat yang katanya mendapat telepon.

Dengan sekejap, saya menyambar satu lembar pakaian, jaket, dan helm. Kemudian langsung keluar dan ingin cepat-cepat berangkat. Pagi tadi, motor X-Ride yang sering saya bawa, rusak. Tidak bisa starter tangan, dan starter kaki juga susah. Sudah dibawa di bengkel sebelum sholat Jum'at, tapi saat ingin berangkat motor itu kembali rewel. Akhirnya, saya memakai motor Bapak saya, Aerox. Itu adalah motor yang berukuran besar dan sudah melekat stiker biru diseluruh body motor.

Seharusnya, saya bisa saja memacu motor diatas 80 KM/jam. Tapi itu tidak saya lakukan karena tahu bahwa saya akan tiba sebelum dosen. Meskipun, jarak dari rumah ke kampus tidak dekat.

Saya berhenti ditepi jalan ketika berada dijalan By Pass depan Same Hotel. Kemudian meng-aktifkan data seluler agar jika, ada info, saya bisa tahu dari getaran disaku celana. Namun hingga sampai, tidak ada getaran yang benar-benar saya rasa. Setelah di depan Perpustakaan, itu berhadapan dengan Sekret yang sudah ditempati oleh teman-teman yang lain. Pikiran saya mulai tidak enak. Ada apa? Jangan-jangan, dosen berubah pikiran. Tiba di parkiran, saya mengecek grup, tidak ada tanda-tanda dosen berubah pikiran.

Scroll. 

Scroll.

"Tapi masuk jam 3.30."

Gubrak.

Sembari melihat hape, saya mencoba memasukkan helm ke dalam jok motor ketika memperkirakan akan turun hujan. Namun karena helm terlalu besar, itu hanya saya kaitkan pada sadel motor. Dari parkiran, saya berjalan menuju Sekret. Disana sudah ada beberapa orang, termasuk Atma yang sedang duduk. Tersenyum bak murid tertangkap nyontek.

Dibagian ujung, ada Marwan, Iyar, Fandy, dan Adi. Sedang ngobrol dan kelihatannya serius. Meski begitu, kehadiran saya tetap jadi hal yang bisa membuat percakapan itu berhenti. Kemudian dilanjutkan dengan topik yang lain.

Kami masih disana ketika perempuan sudah meninggalkan Sekret. Aping datang dengan motor Marwan yang ia pake. Beberapa saat setelahnya, Adi berkata,"Masuk!"

Marwan masih menunggu kepastian ketika dia memasang ekspresi yang ragu. Kemudian, datang beberapa teman perempuan yang lain. Katanya memang masuk. Kami bergegas, namun tidak berlari. Hanya berjalan dengan kecepatan yang agak dipercepat. Melewati depan Perpustakaan, lalu memotong jalan agar tidak memutar. Di ruangan, kata yang lain, dosennya sedang keluar. Saya mengambil kursi dibawah kipas angin. Itu diapit oleh Rika dan Maya.

Dosen masuk, memberi sedikit pengantar dan mulai mengabsen. Itu pelajaran Bahasa Inggris. Lalu dilanjutkan dengan materi memperkenalkan diri. Seharusnya, hari itu kami akan maju satu persatu memperkenalkan diri dengan Bahasa Inggris. Namun, kata mayoritas teman kelas mengatakan belum siap. Itu dituruti oleh dosen yang juga ingin keluar. Setelah mendikte kami pada papan tulis, ia keluar dan mata kuliah hari itu telah selesai.

Sebelum pulang, Iyar menyuruh kami agar ke Sekret dulu. Itu memang sering kami lakukan. Apalagi, saat kami pulang masih terlalu sore. Hanya duduk dan cerita kecil. Kadang-kadang jika terbawa arus, kami bisa membuka forum diskusi. Marwan sudah keluar dengan motornya, dihentikan Iyar yang menyuruhnya ke Sekret namun ia tetap pulang. Sampai di parkiran, saya merogoh kantong, mencari kunci motor untuk membawanya di depan Sekret. Namun jelas saja, ketika mencoba merogoh seluruh kantong hingga ke dalam tas tidak ada hal yang benar-benar bisa membuat saya lega. Iyar bertanya, dan saya mengatakan bahwa kunci motor saya hilang.

Kemudian, ia membelokkan motornya, bersama Fandy yang sudah hampir pulang diantarnya. Saya mencoba mengikuti arah saya waktu ke Sekret. Lalu mencarinya. Tidak ada. Setelah kembali, yang lain kembali bertanya. Saya jawab seadanya karena fokus untuk mencari. Beberapa teman membantu mencari, terutama yang masih belum pulang. Iyar menggonceng saya menuju Sekret kembali setelah mengecek ruangan yang sudah dibersihkan oleh cleaning service.

Tidak ada. Jawaban dari segala pertanyaan yang terus berulang.

Matahari sudah menyala, kemudian hampir padam. Kami masih mencari. Tidak ada hasil sampai Atma dengan inisiatif mencoba menyebar info pada grup fakultas dan beberapa grup lain. Kemudian, telepon masuk dari seseorang dengan nomor Indosat. Lalu ditelepon untuk menanyakan karena sudah berkata menememukan kunci motor Yamaha.

Lama berselang dari drama telpon menelpon, akhirnya kami ketahui bahwa itu adalah Fandy. Yang pulang kemudian menjahili kami semua. Solusi terakhir adalah pulang untuk mengambil kunci cadangannya. Iyar menggonceng saya sampai ke rumah. Motor ia pacu perlahan seperti biasa ia membawa motor. Kami bertemu Marwan dan bertanya apakah melihat kunci motor. Jawabnya tidak. Kemudian kami pamit untuk kembali melanjutkan perjalanan.

Di teras, ada Mama dan Bapak sedang ngobrol. Saya tidak banyak bicara hanya langsung berkata bahwa kunci hilang, kemungkinan ada tercecer dibawah jok motor. Bapak menggerutu. Tanpa banyak ambil pusing, saya kembali bersama Iyar yang sudah membelokkan motornya. Kami tiba lebih cepat dari perjalanan pergi. Sampai di depan fakultas saat Maghrib. Disana masih ada teman-teman yang setia menunggu. Saya mengembalikkan helm yang saya pinjam dari Mawar. Kemudian mengecek apakah benar kunci motor ada di jok motor. Hasilnya tidak ada.

Rara minta nebeng, katanya minta diantar didepan Kampus. Yang lain pulang bersama dengan jalan kaki menuju tempat mengambil angkot. Saya belum sempat terima kasih sampai saya memakai helm dan sebuah benda keras berada tepat diatas kepala. Saya membuka helm, dan sebuah kunci motor terjatuh. Saya berteriak kepada teman yang sudah hendak pergi, semuanya tertawa gemas. Disana ada teman-teman yang sudah setia menunggu. Tidak usah diabsen satu-satu nanti jadi besar kepala.


Diperjalanan pulang, saya berpikir, bisa-bisanya benda sekecil ini membuat sibuk banyak kepala. Oh, yang saya tahu, mungkin ini cerita yang baik untuk ditulis. Mengingat tidak setiap hari saya kehilangan kunci.

Comments

Post a Comment

Popular Posts